Seni Musik, Tari, Teater, Sastra, Karawitan (Tradisional), Rupa (Desain), Mancanegara

Translate

Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Musisi-Musisi terbaik Indonesia Andra

Andra Ramadhan ( Dewa 19 & Andra and the Backbone ) Musisi-Musisi terbaik Indonesia

nidji_ariel1 Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Ariel ( Nidji ) Musisi-Musisi terbaik Indonesia

sherina Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Sherina Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Ivan Seventeen Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Ifan ( Seventeen ) Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Bondan Prakoso Musisi-Musisi terbaik Indonesia
Bondan Prakoso Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Maki ( Ungu ) Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Maki ( Ungu ) Musisi-Musisi terbaik Indonesia

andikathetitans Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Andikathetitans Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Tyo Nugros ( Dewa 19 ) Musisi-Musisi terbaik Indonesia
Tyo Nugros ( Dewa 19 ) Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Dunia musik Indonesia emang ga pernah mati... bak bunga yang semakin mekar menjadi (cie..). Banyak ne sekarang musisi-musisi yang ikut meramaikan dunia musik Indonesia dengan talenta mereka. Tapi kebayang ga sich kalau musisi-musisi terbaik di antara semua mereka tu bersatu dalam satu band? pastinya yang terlintas di benak kita adalah hasil dari racikan musik mereka akan jadi musik paling keren.. ya kan..??? iya lah.... Tapi penasaran ga sech siapa musisi-musisi terbaik itu..? kalau gwe sech penasaran. kita lihat yuk siapa-siapa aja mereka...


1. Gitar 1 : Andra Ramadhan ( Dewa 19 & Andra and the Backbone )
Permainan gitar dari gitaris yang satu ini emang keren... typing yang oke plus skill yang mumpuni merupakan nilai lebih yang jarang sekali dimiliki oleh gitaris-gitaris lain.


2. Gitar 2 : Ariel ( Nidji )
Ariel merupakan tandem yang tepat untuk Andra. Meskipun dua gitaris ini berbeda aliran, tapi yakin dech duet mereka bisa jadi duet paling heboh... apalagi kalau memainkan double mellody, pasti top...


3. Vokal : Sherina & Ifan ( Seventeen )
Warna suara Sherina yang natural kalau dipadukan dengan Ifan yang full expression bisa jadi kombinasi paling menarik buat disimak tu... kalau mau ngebawain lagu romantis juga oke... keren...


4. Rapp : Bondan Prakoso
Rapper yang satu ini emang udah diakui sebagai master rapp. Ga percaya? Terserah... yang pasti kalau urusan lagu Rapp, kayanya Sherina dan Ifan bakal klop kalau gabung dengan Bondan ni....


5. Bass : Maki ( Ungu )
Maki merupakan bassist yang memiliki permainan yang unik.. meski cenderung mellow tapi Maki tetep bisa diandalkan buat ngeRock, ngeRapp, or ngeReggae.......


6. Keyboard : Andika ( The Titans )
Soal mencet-mencet tuts keyboard Andika-lah jagonya... ga akan ragu lagi dech.... mantan motor band Peterpan ini tetep keren walaupun keyboardnya tanpa system disc jockey....


7. Drum : Tyo Nugros ( Dewa 19 )
Tyo emang layak untuk diacungi dua jempol... meski sekarang udah ga maen drum lagi tapi gaung prestasi dan skillnya ga akan pernah hilang di hati para Baladewa.
Kandidat lain:
- Gitar 1 : Oncy ( Ungu )
- Gitar 2 : Mitha ( The Rock Indonesia, The Virgin )
- Vokal : Once ( Dewa 19 ), Teguh (Vagetoz)
- Bass : Indra ( The Titans )
- Drum : Eno (Netral)


Eleven Studio Indonesia Sumber:antenkdmeta

READ MORE - Musisi-Musisi terbaik Indonesia

Alat Musik Yang Misterius

Harmonika Kaca


Harmonika kaca ini dibuat dengan bahan mangkuk kaca berbagai ukuran. Nah karena terbuat dari kaca harmonika ini termasuk jenis Crystallophone. Alat musik ini ditemukan oleh musisi dari Irlandia bernama Richard Puckeridge. Alat musik ini dimainkan dengan cara menggesekkan jari pada kaca yang telah dibasahi terlebih dulu.
Seruling Bulet



Ditemukan oleh James Johnson, setelah melalui penelitian selama 11 tahun. Dia terinspirasi oleh Cantonese seorang musisi yang sangat berbakat bermain seruling. James sering bermimpi untuk menciptakan alat musik ini hingga akhirnya dia mampu mewujudkan impiannya itu.
Trompet Raksasa: 34 kaki



Terompet Raksasa, dibuat pada awal abad ke -20 di kota Besson, London. Terompet ini panjangnya 34 kaki, beratnya 56 kg, dan dengan tinggi hampir 8 kaki.
Nada terendah yang dapat dimainkan instrumen ini adalah Bb 3 oktaf di bawah nada, atau nada kedua paling rendah pada piano modem (29.14 Hz).
Harpa Angin



Merupakan salah satu warisan Yunani Kuno (pertengahan 6 SM). Harpa ini sangat langka, karena merupakan satu-satunya harpa yang cara memainkannya adalah dengan tiupan angin. Melalui bantuan angin harpa ini bisa menghasilkan deretan nada mulai dari terendah hingga nada nada sopran yang nyaring.
Organ Gedung Atlantic City: Alat musik terbesar dan terkeras di dunia



Organ berbentuk lingkaran ini terdapat di Auditorium Boardwalk Hall di Atlantic City, New Jersey, ditemukan oleh perusahaan pembuat organ the Midmer-Losh Organ Compan. Gedung pertemuan Atlantic City sendiri merupakan gedung pertemuan paling besar di dunia yang mampu menampung sekitar 41000 orang di bagian utamanya. Organ terbesar di dunia ini memiliki 33.112 pipa termasuk 64 kaki Diaphone Profunda,dan pedal manual yang terletak di bawah tekanan angin tiap 100 inchinya.
Organ Lautan: Dimainkan oleh laut.



Organ Lautan atau yang disebut dengan morske orgulje ini terletak di pantai Zadar, Kroasia, dan merupakan organ pertama di dunia yang dimainkan oleh ombak laut. Di sini terdapat 35 tabung musik yang berupa lubang terbuka di setiap sisinya. Saat air laut menyentuh bagian organ, akan menciptakan suara-suara manis yang dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kecepatan, kapasitas ombak, dan ukuran ombak yang menghantamnya. Arsitektur alat musik ini dikerjakan oleh pemahat Dalmatian dan sang Arsitek Nikola basic pada tahun 2005.
Gitar Nano: gitar terkecil di dunia



Gitar terkecil di dunia ini mempunyai panjang 10 mikrometer, hampir sama dengan panjan satu buah sel manusia. Sedangkan senarnya sepanjang 50 nanometer satau setar dengan panjan 100 atom.Dibuat oleh para peneliti di Universitas Cornell, US sebagai wujud generasi baru dari alat-alat musik di dunia. Namun alat ini hanya bisa dimainkan dengan alat mikroskopik khusus dan nadanya pun tidak mungkin didengar oleh telinga biasa.
Piano LEGO

Piano ini dibangun oleh Henry Lim, selain senar pianonya, seluruh bagian instrumen ini dibuat dengan menggunakan potongan-potongan LEGO baik keyboard, jack, rak piano, pin, dan jarum-j arumnya semua disusun dengan rapi olehnya.Instrumen yang berukuran 6 X 3 kaki ini berbobot hampir 75 kg dan hampir menghampiskan sebanyak 100ribu potongan LEGO.
Jalan Musik: main musik sepanjang jalan



Dibuat beberapa tahun yang lalu di Jepang, oleh anggota peneliti industri di Hokkaido. Berupa arsiran yang diukir di sepanjang jalan yang apabila kita melintas di atasnya makan akan tercipta alunan alunan musik yang indah. Instrumen ini merujpakan ide dari mr. Shinoda , seorang yang terinspirasi dari kerusakan jalan di daerah sekitar rumahnya. Dengan berbagai persiapan dan bantuan dari beberapa pihak akhirnya terciptalah karya mengagumkan ini. Hasilnya, Jalan Musik yang terukir lubang dengan lebar 6mm dan terpisah tiap jarak 12 mm yang mampu penciptakan dengungan musik nan indah.
terselubung.tk . Sumber:dunia-panas

READ MORE - Alat Musik Yang Misterius

Seni Sastra: Sastrawan Indonesia Teladan 2009

Sastrawan Indonesia Teladan 2009

Afrizal Malna


Mardi Luhung


Dorothea Rosa Herliani


Zen Hae


Gus tf


Hasan Aspahani


Joko Pinurbo


Lily Yulianti Farid

Marhalim Zaini

Sumber:dunia-panas

READ MORE - Seni Sastra: Sastrawan Indonesia Teladan 2009

LIPUTAN MALACCA STRAIT JAZZ FESTIVAL 2007

Geliga saat tampil di Malacca Jazz Strait 2007. Photo Arif Kusbandono ©Wartajazz.com
Kalau Anda datang untuk suatu hajatan bertajuk Malacca Strait Jazz Festival (MSJF), pastilah membayangkan penampil aneka bangsa yang diundang ke tapak selat sekitar kebudayaan Melayu. Mungkin jika harus menempuh jarak, muncul pula pengharapan menemui jazz yang beda (di Malaka) dengan perhelatan ibukota (di Jawa). Namun, tahan dulu segala sangka untuk mendengar juga ide penggagasnya. Salah satu pengarah, sahibul hajat MSJF, mengungkap bahwa di sini dihindari apa yang biasa dilakukan, “… sebatas mengumpul barang-barang dalam kubur….”. Demikian Yusmar Yusuf berujar, ia juga mengungkap bahwa pencarian yang diharapkan adalah sebagai pelancong di rumah-rumah batin orang lain, bukan sebagai peminta-minta, menyerbu malah. Zapin ketika dipetik Melayu tidak lagi menjadi bersuasana Arab, ghazal pun tidak lagi Persia. Maka, jazz & Melayu pun ditanggapi sama. Ben Pasaribu yang turut mengarahkan MSJF menjelaskan analogi proses tersebut lewat proses akulturasi panjang harmoni barat ketika bertemu Afro-Amerika.


***
Bagi yang menyimak hari pertama (29/06), ada kesan pemanasan. Dengaran seperti bebop “It’s Allright With Me” yang dilantunkan Gina Panizales bersama Eye2Eye Jazz Mix (Kuala Lumpur), menampilkan fretless-bass Albert Yap kebut-kebutan dengan alto sax Eddie Kismilardy. Arief Setiadi & Friends menjajal ballada “Native Tongue” (Kenny Garret). Band ini mencoba menyelipkan denting harpa Donna Angelina di antara Agam Hamzah (gitar), Adi Dharmawan (bass), dan Rudi Subekti (drums). Grup-grup pembuka berasal dari musisi panggung seperti Pekanbaru dan Batam (Pelangi, BMC, Riau Rhythm, dll.). Di antara band-band kombo tersebut hadir pula alat unik, seperti darabukka yang dimainkan Angga (Tanjung Balai Karimun). Perkusi yang dikempit lengan dan mengandalkan pukulan jemari ini dipelajarinya dari seorang Turki di Perancis. Esoknya, lebih banyak alat yang tak lazim pada band jazz (toh sudah pemanasan, kan?).
Ragam seleksi yang diurut untuk hari ke dua menggambarkan arahan program festival jazz umumnya. Sebagian penampil pembuka yang baru kali pertama melihat jazz secara live di hari pertama, benar-benar menjadikan ekspos pemanasan tersebut sebagai modalnya untuk permainan Sabtu itu. Maka jadilah, urut-urutan itu terus naik hingga malam menjelang. Di antaranya adalah yang disumbangkan musisi berlatar perguruan tinggi seni.
STSI Padangpanjang diwakili ensambel Minangapentagong. Berlatar mahasiswa yang belajar menguasai alat dalam kurikulum klasik, orkestra ini membawakan “The Spirit of Minangapentagong”. Terdidik “membaca” bukan berarti tidak muncul keberanian, Aan yang meniup saluang bersolo bebas dalam bahasa jazz. Laras natif instrumen ini memang bukan pentatonik blues (jazz lazim), tetapi ia masih bisa diajak berkelok keluar jangkauan lima nada aslinya. Alat yang berbatas, dibawa berlari-lari, menghasilkan tekstur unik di luar imajinasi sebelumnya. Komposisi apik yang seluruhnya ditulis rapi Kholis jadi tambahan modal grup dengan seksi tiup, gesek, dan band kombo ini. Ada kesan mentah, tapi hanya soal menanti kepiawaian berbuah.


Masih rombongan akademika, Unimed mungkin mirip UPI Bandung (satu contoh saja), institusi yang mencetak pendidik tetapi dalam perjalanannya menjadi komunitas yang mencetak pula penampil. Dan seperti umumnya komunitas yang berlandasan kuat (ia juga lingkungan akademik), ia menjadi persemaian cabang-cabang musik yang lebih pucuk, tuntutan kreatif kemudian mengarahkan pada coba-coba di wilayah kontemporer. Ansambel Kolegium Musikum: Unimed mengeksekusi klasik “Route 66″ bukan melenggak swing. Hembus sarune Palumun Ginting sirkular menahan bunyi panjang berkesan magis. Latar yang khusyuk tersebut diisi oleh solo jazz khas piano elektrik Rhodes & solo khas Moog yang dimainkan Mukhlis Hasbullah. Sebaliknya walking-bass dipakai pada “Nuri-nuri” yang justru bukan jazz klasik saat Ginting berpindah ke hasapi (kecapi). Intronya adalah duet gendang singanaki-singindungi dibantu Panji Suroso. Tamu Emmanuel Zimbert pada sampling komputer sambil ngerap bahasa Perancis dicoba “Medan-Paris”. Kehadiran tamu pemain tradisi berikutnya tidak lain adalah Ben Pasaribu yang membuka “Rondong Sada Wari” yang funky dengan meritme nada-nada taganing.
Trio Dingo yang dominan perkusi beroleh riuh sambutan penonton. Di tengah permainan kendang, Ron Reeves beraksi akrobatik dengan sikut & kakinya. Sajian sufistik dihantarkan alat-alat tiup Kim Sanders misalnya permainan gaidas (bagpipe Turki). Namun, lagu berlirik “Burn On” yang dinyanyikan Blair Greenberg agaknya sengaja dipilih seperti halnya Balawan menyisipkan “Semua Bisa Bilang” di antara improvisasi instrumental seperti “St. Thomas” dan “Mainz In My Mind” pada penampilan di hari pertama.
Melaju terus ke wilayah world music. Geliga naik didukung SIska yang mendendangkan “Mannasalwa” yang lebih dekat penonton Melayu. Komposisi instrumental seperti “Galaxy” pun masih terasa dekat karena untaian melodi khas yang dibunyikan akordeon Arman. Anggota band ini pun mengenal musik Melayu lebih dulu daripada jazz, sehingga memberikan pendekatan yang berbeda dengan orang yang sebaliknya. Ketika Arman ikut tampil dalam klinik bersama kibordis Eri Bob pun, solo akordeon yang terdengar berkonteks ritme, harmoni, dan konsep improvisasi jazz. Akan tetapi, melodinya untaian Melayu, untaian minor khas yang kalau dicoba rasanya sesulit meliuki etude untuk berlatih vocal pitch. Bagaimanapun, kesan “menge-jazz-kan lagu Melayu” masih kentara karena arransemen yang masih kuat hentak drumnya. Campur-campur berikutnya ditampilkan Saharadja yang telah masuk album kedua konsisten di perpaduan latin, Irlandia, India. Dengar saja “Nasi Campur” atau “Abracadabra” dengan permainan violin Sally Joe serta trumpet Rio Sidik.


Sajian semi-Bali Lounge (mengingat personil-personilnya) mengakhiri festival lewat pentas Harry Toledo yang bertema album Soul Emotion Bass. Penutup yang lebih hip ini mengangkat suasana penonton, mengingat malam itu adalah malam minggu, malam hiburan, dengan Pekan Baru menggelar kontes DJ dan Kondang-In pada saat yang bersamaan.

Posted on 06 July 2007 by Arif Kusbandono

READ MORE - LIPUTAN MALACCA STRAIT JAZZ FESTIVAL 2007

Arsip Blog

Seni-Art