Eet Sjahrani (masih) Optimis dengan Rock

JAKARTa - Virus pop yang sudah menular sampai pelosok kota dan desa di negeri ini, tak menyurutkan Eet Sjahrani sang gitaris EdanE untuk tetap bermusik di jalur rock.
Eet mengakui saat ini pasar Indonesia sedang berpihak pada lagu-lagu pop dan pop melayu, ditambah berubahnya format fisik seperti kaset dan CD menjadi digital, posisi musik rock di Indonesia seperti terkena hantaman bertubi-tubi.
"Industri musik itu kita kena imbas dari luar negeri, dalam arti kalau disana ikut hancur, ke kita pun ikut hancur, karena teknologi sudah berpindah format orang gak lagi menjual dalam bentuk fisik. Kalau anda bicara musik rock itu sendiri jelas lebih dipengaruhi lagi gara-gara itu, karena musik rock itu sendiri tidak begitu diminati di negeri ini, jadi ancur industrinya," tutur Eet saat berbincang dengan Okezone, Selasa (21/9/2010).
Dengan pasar rock yang sedikit, bukan berarti jalur musik ini sudah tidak menjanjikan, bagi yang punya idealisme dan kecintaan terhadap musik rock seperti halnya Eet, penghasilan dari penjualan album, RBT juga offair bukan jadi prioritas.
"Kalau soal optimisme harus ada, cuma kan berkaitan seperti yang tadi saya sebut, kalau yang sedang in di anak-anak muda memang seperti itu (musik pop). Kalau bicara musik rock ya seperti ini aja kalau saya melakukan ini karena saya suka aja bukan karena apa-apa (imbalan materi)," katanya.
Apalagi kini kelompok musik rock yang berjaya di era 90-an sedang diuji eksistensinya, karena kini tinggal menyisakan dua personil saja yakni Eet sendiri dan Fajar Satriatama (drumer). Kata Eet, yang kini hanya ditemani Fajar saja mengaku lebih simple dibandingkan berempat.
"Jauh lebih simple malah, pada dasarnya dari dulu juga gue begitu, ya gue coba mengakomodir dari berbagai pihak aja, kalau mau mengakui ini solo album gak juga, karena nanti dibilang arogan," tutupnya.  (uky)