Anugerah Sagang Pilar Kebudayaan Melayu

Anugerah Sagang Pilar Kebudayaan Melayu

SENIMAN PILIHAN: Marhalim Zaini, Seniman/Budayawan Pilihan Sagang 2011 usai menerima tropi dari Gubernur Riau HM Rusli Zainal SE MP, bersama Ketua Dewan Pembina Yayasan Sagang H Rida K Liamsi, Jumat (28/10/2011) di Hotel Pangeran Pekanbaru. foto said mufti/riau pos

PEKANBARU (RP)- Anugerah Sagang dinilai merupakan pilar yang memiliki arti penting dalam mendukung pengembangan dan eksistensi budaya Melayu.
Untuk itu, Gubernur Riau HM Rusli Zainal mengatakan, Pemprov Riau terus mendukung kegiatan yang merupakan simbol tradisi di Bumi Lancang Kuning.
Kesungguhan ini disampaikan karena hal itu berperan positif dalam mendukung Visi Riau 2020. ‘’Saya mengucapkan selamat kepada para pemenang Anugerah Sagang 2011. Ini diharapkan jadi spirit dan semangat dalam melestarikan budaya Melayu di Riau,’’ tutur Rusli dalam malam Anugerah Sagang 2011 di Hotel Pangeran, Jumat (28/10).
Menurutnya, Sagang secara filosofis merupakan semangat untuk menjadi penyangga dan penopang. Sehingga dapat menggambarkan semangat seniman untuk mendapat tempat terhormat dengan karyanya. Di tengah lajunya arus globalisasi, para seniman dan budayawan dapat jadi pilar dan filter dalam mempertahankan eksistensi budaya Melayu.
‘’Secara khusus saya memberikan apresiasi kepada Bapak Rida K Liamsi dalam dedikasinya di bidang budaya. Ini diharapkan jadi motivasi bagi pecinta seni lainnya,’’ papar Gubri
Ketua Dewan Pembina Yayasan Sagang, Rida K Liamsi mengatakan Anugerah Sagang merupakan apresiasi atas kerja keras para seniman yang berperan dalam pengembangan budaya Melayu. Para pemenang Anugerah Sagang diberi tropi Sagang, sertifikat dan sejumlah uang.
‘’Teruslah berkarya untuk perkembangan budaya Melayu,’’ tuturnya. Anugerah Sagang kali ini memiliki keistimewaan karena juga dihadiri para penyair dari Korea dan ASEAN serta berbagai daerah di Indonesia.
Menurut Rida, Anugerah Sagang 2011 tak jauh berubah dari tahun sebelumnya. Anugerah Sagang Kencana rencana akan dilaksanakan tahun 2015. Jumlah peserta yang masuk sangat banyak.
Terutama untuk karya alternatif, seperti film, musik, drama, sehingga panitia harus bekerja keras. Yayasan Sagang juga berniat menambah kategori lain, namun belum bisa terwujud. Begitu juga dengan hadiah yang diberi.
Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR) Eddy Ahmad RM juga memberi apresiasi kepada para pecinta seni dan budayawan atas konsistensinya berkarya. ‘’Ini bukti, bahwa seni tetap hidup,’’ ujarnya.
Eddy juga menyampaikan apresiasi terhadap Yayasan Sagang yang terus peduli mempertahankan kebudayaan Riau, di tengah institusi kesenian yang mati suri.
Bahkan hampir praktis dua tahun belakangan ini, Dewan Kesenian di kabupaten/kota se-Riau tak bisa berkontribusi karena dukungan dana tak memadai. Tapi para seniman, budayawan Riau tak berhenti berkarya. ‘’Buktinya, malam ini, para seniman, penyair Riau meraih penghargaan,’’ ujarnya.
Beri Rp70 Juta
Sebagai wujud kesungguhannya dalam mendukung pengembangan budaya Melayu, Gubri HM Rusli Zainal SE MP juga memberi Rp10 juta untuk tujuh pemenang Anugerah Sagang 2011.
‘’Kita harus memberi apresiasi pada seniman dan pecinta seni. Karena karya mereka merupakan komitmen positif dalam mendukung Pemprov Riau dalam pencapaian Visi Riau 2020,’’ ujarnya.
Dia menambahkan, dukungan juga diberi untuk pengembangan budaya lainnya. Baik dalam bentuk pendidikan budaya hingga kegiatan positif lainnya.
‘’Ini jadi kewajiban kita untuk mewujudkan program-program pengembangan kebudayaan. Karena kita sudah bersepakat, untuk itu kita harus bersinergi dalam mewujudkannya,’’ tutur Gubri.
Semarak
Malam Anugerah Sagang 2011 berlangsung semarak. Berbagai kesenian bernuansa Melayu ditampilkan mahasiswa Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR).
Hentakan kesenian Melayu membuat suasana terasa hidup dengan gesekan biola, akordion, gambus dan alat musik lainnya. Ballroom Hotel Pangeran yang berkapasitas sekitar 1.000 orang pun terisi penuh. 
Turut hadir, istri Gubri Hj Septina Primawati Rusli, Ketua DPRD Riau Drs H Johar Firdaus, Budayawan Riau H Tenas Effendy, Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri, Bupati Siak Drs H Syamsuar, Sekko Pekanbaru HM Wardan MP, para peserta Korea-ASEAN Poets Literatures (KAPLF) II serta sejumlah undangan lainnya dari berbagai instansi pemerintah dan swasta.
Ketua Yayasan Sagang Kazzaini Ks mengatakan, Sagang adalah sebuah kayu penyangga. Kini, pelaksanaan Anugerah Sagang sudah menginjak usia ke-16 kalinya.
Majalah budaya Sagang pertama kali diterbitkan di Riau Pos dan kini dibentuk yayasan dan terus berupaya memberi tempat terhormat kepada para seniman, budayawan dan peneliti.
‘’Dulu hanya dua kategori yakni Seniman dan Buku Pilihan Sagang. Tapi sekarang sudah tujuh kategori. Pada pelaksanaan ke-16 ini, bertepatan dengan 28 Oktober, peringatan Sumpah Pemuda,’’ ujarnya.
Yayasan Sagang sejak beberapa bulan lalu juga mengurus AKMR yang diharap jadi penyokong kebudayaan di Riau. Kazzaini juga menyampaikan terima kasih kepada para seniman dan budayawan di Riau yang sudah banyak memberi masukan dan kritikan.
Sebagaimana yang sudah diumumkan panitia Anugerah Sagang 2011, kategori Karya Penelitian Sagang 2011 diraih Bambang Kariyawan, guru SMA Cendana Rumbai.
Kategori Karya Jurnalistik Budaya diraih Fedli Aziz dari Riau Pos. Institusi Budaya Pilihan Sagang diraih Kampung Maskom, Bengkalis. Kategori Alternatif diraih Endrawati Razak lewat ‘’Keluarga Bakar’’.
Karya Buku Pilihan diraih Sunting, kumpulan puisi Kunni Masrohanti. Kategori Seniman/Budayawan Serantau diraih Tom Ibnur dari Jakarta. Seniman/Budayawan Sagang 2011 diraih Marhalim Zaini.
Pemenang diberi tropi, sertifikat dan sejumlah uang. Namun semua itu hendaknya tidak dilihat dari apa yang diberi. Menurut Rida K Liamsi, pandanglah dari penghargaan yang diberikan untuk mempertahankan budaya Melayu.
‘’Apa yang dilakukan saat ini takkan bisa apa-apa tanpa dukungan masyarakat terutama kalangan seniman, Pemprov Riau serta kabupaten/kota yang sudah memberi dukungan,’’ ujarnya.
Tropi yang akan diberikan dibawa tujuh gadis. Penyerahan hadiah diserahkan masing-masing oleh Gubri HM Rusli Zainal, Ketua DPRD Johar Firdaus, Budayawan Riau Tenas Effendy, CEO Riau Pos Group H Makmur SE, Rektor Universitas Riau Prof Ashaluddin Djalil, Bupati Siak Drs H Syamsuar dan Ketua DKR Eddy Ahmad RM.
Seniman/Budayawan Serantau Pilihan Sagang 2011, Tom Ibnur mengatakan, Anugerah Sagang kental dengan budaya Melayu. Dia merasa kalau baru setitik karya yang dilahirkannya.
Namun ternyata itu sudah memberi nilai bagi kebudayaan Melayu. Karena itu, baginya anugerah ini akan terus jadi pemicu untuk terus berkarya. Tapi, Tom Ibnur mengaku masih belum puas, jika Riau belum berdiri Zapin Center yang akan jadi bakti seumur hidupnya.
Zainudin yang mewakili Kampung Meskom Bengkalis menyebutkan, apa yang diraih saat ini adalah sebuah hasil kerja sama semua rekannya. Sementara menurut Endrawati Razak, Anugerah Sagang yang diterimanya adalah yang kali pertama diraihnya setelah sebelumnya juga masuk nominator. Itu telah memberi spirit baru baginya untuk terus berkarya.
Kunni Masrohanti mengatakan, apa yang diraihnya kini tak lepas dari dukungan rekan-rekan kerjanya di Pekanbaru Pos, keluarga, orangtua, serta anak-anak. ‘’Tanpa itu, tak mungkin bisa berhasil,’’ ujarnya.
Sedang Bambang Kariyawan menyebut, baginya Anugerah Sagang beda dari penghargaan lainnya. Dari segi publikasi, Sagang diekspos selama hampir sebulan, mulai masuk nominator maupun sebagai pemenang. Tak hanya media massa cetak juga elektronik. Ini merupakan semangat baru baginya untuk terus berkarya dan berharap itu bisa bermanfaat.
Fedli Aziz juga berucap syukur. Namun itu semua tetap berkat Riau Pos yang memberi banyak halaman untuk bisa menulis panjang. Sehingga persaingan pun jadi lebih kompetitif. Dan itu tak membuatnya berhenti, tapi justru sebagai pemicu untuk terus berkarya.
Semua ini tak lepas dari dukungan semua orang dekatnya seperti sang istri, Rina yang selalu mengkritisinya sehingga terus mendorong untuk menulis.
Marhalim Zaini menyampaikan orasi singkat serta berpuisi. Menurutnya, apa yang diraihnya saat ini adalah sebuah proses dan kerja keras. Menulis baginya adalah sebuah pilihan hidup dan dia harus bersedia masuk ‘bilik’ untuk bekerja melahirkan karya.
Pembangkit Sastrawan
Budayawan yang juga tokoh masyarakat Riau, Tenas Effendy menyatakan kegembiraannya karena Sagang tetap jadi yang terdepan dan motivator pengembangan budaya Melayu. Dia juga mengucapkan tahniah serta bangga kepada peraih Anugrah Sagang. Banyak seniman muda yang berjaya.
‘’Tak ada yang bisa memungkiri, Anugrah Sagang sangat berkesan untuk pengembangan kebudayaan Melayu. Tak hanya di Riau, serumpun juga mengenal Sagang. 16 tahun itu bukan waktu yang sebentar, ini harus dipertahankan. Mereka tak menilai berapa yang mereka dapatkan, tapi kreasi besar yang mereka ciptakan,’’ jelasnya.
Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Pelalawan yang juga Ketua KPU Riau, Tengku Edy Sabli menyebutkan, Anugerah Sagang sudah menunjukkan dedikasinya sebagai pembangkit sastrawan.
Banyak sastrawan muda yang muncul berkreatifitas dalam mengembangkan budaya Melayu. Dia yakin, Sagang tak hanya jadi milik Riau tapi juga internasional karena kebudayaan Melayu yang besar.
‘’Masyarakat harus bangga jadi orang Melayu. Ke depan kita harap bermunculan seniman budayawan muda yang berpotensi dari Anugerah Sagang,’’ ujarnya.
Sekretaris Kota Pekanbaru yang juga salah seorang tokoh LAM Riau, HM Wardan menilai, Anugerah Sagang selain jadi barometer pengembangan budaya juga jadi arah perkembangan sastrawan yang kreatif.
‘’Eksistensi Sagang tak diragukan lagi. Sesuai Visi Riau sebagai pusat budaya Melayu, Sagang memang pantas dikedepankan,’’ jelasnya.
Apresiasi Pengunjung
Arena pameran di prosesi Anugerah Sagang di Ballroom Hotel Pangeran Pekanbaru juga menarik perhatian para tamu dan pengunjung.
Mereka bisa melihat sejak awal pemberian Anugerah Sagang sampai sekarang, bahkan beberapa di antaranya sempat mengabadikan. Gubri HM Rusli Zainal MP pun menyempatkan diri melihatnya.
‘’Saya terkesan dengan pameran ini. Itu merupakan bentuk apresiasi terhadap para seniman dan budayawan,’’ kata Rusli. Salah seorang pengunjung, Dani (24) mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Lancang Kuning sempat memperhatikan secara detail para penerima anugerah mulai tahun 2006 hingga 2010.(rio/dac/eko/aal).Source:http://www.riaupos.co.id